Sketsa Nusantara – Dalam menjalankan ibadah di Ramadhan umat Islam tidak semestinya berpuasa dari melakukan amar makruf nahyi munkar (menegakkan kebenaran, mencegah kemungkaran). Demikian ditegaskan oleh Prof. Dr. M. Din Syamsuddin dalam ceramah di Garut, 7 Maret 2024. Pengajian yg diadakan oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Garut Kota, berlangsung di Kampus STAIDA Muhammadiyah Garut, dan dihadiri sekitar 600an jamaah yg memenuhi Aula Kampus tsb.
Sebelumnya Ketua Umum PP Muhammadiyah 2005-2015 itu menjelaskan makna dan hikmah bulan Suci Ramadhan sebagai bulan
Ibadah, dan Bulan Riyadhah (pelatihan kerohanian).
Menurutnya, ibadah-ibadah Ramadhan merupakan suatu kesatuan yg tak terpisahkan satu sama lain, maka kesemuanya perlu ditunaikan secara menyeluruh, yakni baik puasa di siang hari, mau shalat tarawih di malam hari, dan amaliah-amaliah Ramadhan lainnya seperti tadarrus/tadabbur al-Qur’an, i’tikaf, hingga memberi zakat fitrah ataupun zakat mal. Kesemuanya, lanjut Mantan Ketua Umum MUI itu, berfungsi ganda yakni penyucian diri (_tazkiyatun nafsi_), dan penguatan diri (_taqwiyatun nafsi_). Jika dikerjakan dengan sesungguhnya maka seorang hamba akan tampil dengan fitrah kemanusiaan sejati.
Di akhir ceramahnya, Din Syamsuddin, memesankan jamaah Muhammadiyah dan umat Islam utk tidak terjebak pada pertentangan apalagi permusuhan akibat berbeda pilihan politik pada Pemilu/Pilpres yg lalu. Janganlah karena berbeda partai politik atau Paslon Presiden/Wakil Presiden kita merusak silaturahmi dan ukhuwah Islamiyah. Namun demikian, tegas Guru Besar Politik Islam FISIP UIN Jakarta ini, kecurangan yg terjadi pada Pemilu/Pilpres 2024 jangan juga diabaikan. Kita tidak boleh menutup mata atas kecurangan demi kecurangan pada Pemilu/Pilpres lalu. Kecurangan itu merupakan kejahatan terhadap rakyat dan meruntuhkan kedaulatan rakyat. Untuk itu, umat Islam, khususnya warga Muhammadiyah, harus melakukan koreksi sebagai bagian dari amar makruf nahyi munkar. Jika tidak, maka kejahatan itu akan berkelanjutan dan pada ujungnya akan meruntuhkan negara bangsa. Secara teologis, kata Mantan Ketua Dewan Pertimbangan MUI ini, jika manusia enggan beramar makruf bernahyi munkar, maka alam yg akan melakukannya. Janganlah karena _hubbud dunya wakarahiyyatul maut_ (cinta dunia dan takut mati) lidah kita kelu dan kaki kita kaku utk menegakkan kebenaran dan mencegah kemungkaran, pungkasnya, yg disambut teriakan Allahu Akbar oleh jamaah.
Copyright 2024 All Rights Reserved Sketsa Media Nusantara
Redaksi
Facebook Twitter WhatsApp Bagikan:
Nasional View