SKETSANUSANTARA.COM-BENGKULU: Sebagai alumni Fakultas Ekonomi Universitas Bengkulu, H. Mohammad Saleh SE, mengajak para juniornya untuk mendiskusikan 4 pilar kebangsaan yang terdiri dari UUD NRI 1945, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI.
Meskipun bertepatan dengan hari libur kampus, yaitu Sabtu (27/4/24) acara yang digelar di auditorium Fakultas Ekonomi tersebut tidak menyurutkan mahasiswa dan dosen untuk hadir. Besarnya antusiame mahasiswa bisa dilihat dari banyaknya dari mereka yang terpaksa mengikuti acara dari luar aula, karena keterbatasan tempat dan kursi yang disediakan panitia.
Pada kesempatan itu, H. Mohammad Saleh menjelaskan arti penting dari 4 pilar kebangsaan dalam membangun interaksi di seluruh ranah kehidupan berbangsa dan dan bernegara.
“Berbeda dengan zaman ketika saya kuliah dulu, saat ini mahasiswa UNIB tidak hanya berasal atau orang Bengkulu saja. Banyak mahasiswa dari daerah lain yang memilih belajar di sini. Tidak hanya dari Sumatera, tapi juga dari Jawa dan daerah lain. Pada titik ini ada proses asimilasi tradisi dan akulturasi budaya. Bahasa tubuh dan bahasa verbal khas Sumatera yang cenderung direct, to the point, dan tegas, tentu berbeda dengn bahasa tubuh dan bahasa verbal Sunda atau Jawa yang lebih halus. Oleh karena itu, kita perlu piranti yang bernama pilar kebangsaan untuk melebur kultur dan budaya ini dalam konteks persatuan dan ke-Indonesia-an. Kita harus paham bahwa Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan yang mengandung arti penyatu dan pemersatu. Apa pun agama, suku, ras, dan budaya, hakikatnya kita adalah anak bangsa yang satu. Anak bangsa Indonesia,” papar pria yang saat ini menjabat sebagai Ketua Alumni Universitas Bengkulu.
Tampil sebagai pemateri tunggal, politisi Partai Golkar tersebut mendapat sambutan yang meriah dan antusiasme yang tinggi dari para peserta. Beberapa kali paparan H. Mohammad Saleh mendapatkan tepuk tangan gemuruh dari mahasiswa. Acara itu lebih mirip orasi ilmiah dibandingkan sosialisasi 4 pilar kebangsaan.
Selesai memaparkan materi, salah seorang dosen langsung memandu sesi diskusi dan tanya jawab. Pada sesi ini, banyak sekali mahasiswa yang ingin mengajukan pertanyaan. Tapi karena keterbatasan waktu, moderator hanya mempersilakan 9 orang penanya dalam 3 termin.
“Jangan khawatir, bagi yang tidak mendapat kesempatan bertanya, diskusi bisa kita lanjutkan sambil ngopi dan ngobrol santai di rumah. Saya akan siapkan kopi Bengkulu yang enak bagi kalian,” kelakar H. Mohammad Saleh yang kembali disambut gemuruh tepuk tangan dari para mahasiswa.[]