JATAM luncurkan laporan bertajuk  Jejaring Oligarki Tambang dan Energi dalam Pemilu 2024

JATAM luncurkan laporan bertajuk  Jejaring Oligarki Tambang dan Energi dalam Pemilu 2024


Sketsa Nusantara – Pemilihan Presiden dan wakil Presiden akan dilangsungkan pada Februari 2024, rakyat nantinya akan memilih salah satu dari tiga pasangan calon Presiden dan wakil Presiden, tiga pasangan capres-cawapres, termasuk tim pemenangan dan pendukung itu selain berlatar belakang pebisnis, juga terafiliasi antara satu dengan yang lain, baik dalam tim pemenangan kontestan yang sama, maupun dengan tim pemenangan kontestan yang lain.

Lantas siapa saja dan apa saja bisnis tambang dan energi, pelaku yang ada di berbagai kekuatan politik di belakang para kontestan? Apa saja yang sudah dilakukan dan yang akan dilakukan?

Bagaimana relasi politik dan ekonomi tambang yang kemudian mempertemukan para kontestan pada kepentingan yang sama? Lalu, apa taruhannya bagi keselamatan warga dan lingkungan, termasuk hubungannya dalam sejumlah kebijakan dan regulasi yang memudahkan para oligarki tambang tersebut?

JATAM menjawab sejumlah pertanyaan di atas, dan meluncurkan laporan bertajuk: Jejaring Oligarki Tambang dan Energi dalam Pemilu 2024. di Bangi Kopi, Jl. Pasar Minggu No. 12 KM. 18, Jakarta Selatan, Senin 22/01/2024.

Melky Nahar narasumber (Koordinator Jaringan Advokasi Tambang) saat wawancara kepada wartawan menerangkan bahwa tujuan peluncuran pertama tentu saja ingin menyampaikan kepada publik terutama para calon pemilih, mereka yang sudah menentukan pilihan atau bahkan yang belum menentukan pilihan bahwa Pemilu 2024 itu diselimuti banyak kepentingan salah satunya adalah kepentingan dari para pebisnis di sektor industri ekstraktif terutama bidang pertambangan dan energi.


Nah kepentingan mereka itu bisa kita lihat mulai dari keterlibatan langsung para pebisnis ini, entah dalam kapasitasnya sebagai politisi dari partai politik tertentu maupun terlibat dalam tim pemenangan pasangan calon Presiden dan wakil Presiden nah keterlibatan mereka tentu berangkat dari kepentingan yang sama, soal bagaimana memastikan bisnis yang selama ini mereka usahakan dan mereka kembangkan itu bisa semakin ekspansif, lalu kemudian mendapat proteksi atau perlindungan secara hukum, ketika kekuasaan politik sudah mereka raih, sudah mereka dapatkan dan ini kemudian menjadi sangat penting karena kepentingan mereka itu sangat terhubung dengan bagaimana situasi krisis yang selama ini terjadi.

Situasi krisis ini tidak hanya terkait dengan urusan kerusakan lingkungan tapi soal bagaimana ruang pangan warga terus tergerus, bagaimana sumber air warga di berbagai macam daerah juga terus tercemar sampai pada urusan kesehatan sampai pada urusan juga ruang kriminalisasi yang semakin besar, ya bagi warga yang mempertahankan karena uang dll.

Jadi apa yang terjadi di para kontestan ini soal kepentingan mereka itu sangat terkait dengan bagaimana situasi krisis lingkungan krisis air yang terjadi selama ini dan ini kemudian masuk kepada pentingnya kita memahami rekam jejak tidak hanya sesuatu yang sifatnya populis tapi juga tidak tahu bagian belakangnya.

Sama halnya dengan memiliki kucing dalam karung, ya jadi ketika mereka berkuasa krisis kita alih-alih diselesaikan, ya yang terjadi justru akan semak menumpuk dari Rezim ke Rezim .

Iya data-data yang kami sajikan di laporan ini sumbernya tentu saja dari sumber-sumber resmi dari laporan dan akta perusahaan perusahaan tahun lalu, yang kedua adalah dokumen pemerintah, termasuk dokumen dari perusahaan yang ada di pemerintah yang bisa diakses secara terbuka lalu yang ketiga tentu saja adalah pemberitaan dan Investigasi dari media atau Jurnalis yang secara validitas itu teruji dan bisa dipertanggung jawabkan nah data-data ini kemudian kami kumpulkan lalu kemudian kami analisis lalu kemudian kami coba Track.


Bagaimana relasinya antara pembisnis yang satu dengan pembisnis yang lain dalam satu pasangan yang sama lalu afiliasi mereka dengan pebisnis dan di kontestan yang lain lalu kemudian di ujungnya ternyata mereka ketemu karena punya kepentingan yang sama yaitu bisnis pertambangan dan energi tadi, jadi mereka ada di seluruh pasangan sampai capres-cawapres yang tentu saja tidak ada satu partai politik manapun atau politisi manapun yang bergabung di tim pemenangan yang tidak punya kepentingan jadi itu mustahil, Jadi mereka tentu punya kepentingan dan inilah yang kemudian kita khawatirkan kemudian seluruh derita seluruh kisis yang selama ini kita persoalkan kita angkat justru terus menjadi semakin kritis, semakin meluas.


Sebetulnya jumlah aktor yang kita Munculkan dalam Report itu belum seberapa jadi masih banyak sebetulnya nama-nama lain yang terafiliasi dengan berbagai macam bisnis tadi tapi kami kemudian sengaja memasukkan nama-nama tersebut karena kami menganggap bahwa secara politik mereka punya peran yang sangat strategis di partai politik, mereka punya peran strategis juga di pemenangan itu.

Mereka yang memang ada, ya jumlahnya pasti akan semakin bertambah, tapi lagi-lagi karena di ujungnya ini akan sangat terkait dengan keputusan politik nah keputusan politik itu kan ditentukan oleh tidak hanya Presiden dan wakil Presiden tapi oleh berbagai Parpol kekuatan ataupun kepentingan politik.

Nah dalam partai politik itu yang punya posisi yang sangat besar tentu saja adalah ketua partai politik yang notabenenya ketua partai politik tadi dia terafiliasi secara langsung dengan berbagai macam bisnis jadi kira-kira konteksnya di situ justru jadi strategi yang digunakan oleh para yang ada di dalam jajaran, ya tujuannya kan mengamankan kepentingan mereka, makanya kemudian mereka tidak hanya berkumpul di kontestan yang sama tapi kemudian mencoba menyebar begitu untuk memastikan bahwa siapapun yang akan terpilih kepentingan kita tetap akan terjaga, kepentingan kita tetap akan menang.

Nah pola itu kan bukan pola baru itu pola lama yang memang dimainkan oleh para pebisnis karena pebisnis itu dia tidak pernah main tunggal dia selalu main ganda ya jadi enggak pernah dia tunggal, begitu kemudian dia hanya ada satu di pasangan tapi dia pasti akan bermain dua kaki artinya mereka sengaja melibatkan atau meletakkan nama dari sanak saudaranya secara tidak langsung ataupun langsung mereka sebenarnya ada di dalam jaringan, kalau misalnya hari ini mereka Rivalitasnya tinggi antar Individu atau antar politik tapi kan kalau kita berkata pada 2019 situasinya kemudian sama, bahwa mereka yang yang sebetulnya beroposisi tapi justru menjadi bagian dari kekuasaan ketika misalnya bagaimana rivalitas antara Jokowi dan Prabowo 2019 tapi kemudian ternyata Prabowo masuk ke Kabinet yang dibentuk oleh Jokowi apa yang kemudian mempertemukan mereka, ya kepentingan bukan yang lain karena kepentingan kepentingan kekuasaan untuk kemudian yang menjadi Lini Bisnis mereka itu bisa semakin Ekspansif. ** Iws


Moderator :
Gloria Fransiska K. Lawi (Aliansi Jurnalis Independen)

Hema Situmorang (+62 821 6578 2010)

Irwan Setiawan (sketsanusantara.com)