Sekjen MUI: Presiden Harus Penuhi Janjinya Memberi Makan Orang Miskin,Indonesia Berpotensi Surplus Makanan

Sketsanusantara.com-Jakarta,—— makan bergizi gratis yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto sebenarnya adalah implementasi dari ajaran Islam. Karena Islam mengharuskan memberi makan anak yatim dan fakir miskin. Hal tersebut disampaikan Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Buya KH Amirsyah Tambunan pada tausiah yatim bulanan di rumah Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam As Syafiiyah -FKIP UIA-, DR. Misbah Fikrianto, MM, M.Pd. M.Si, Jatiwaringin-Pondok Gede, Rabu 25/12.

“Presiden Prabowo sudah banyak berjanji untuk memakmurkan rakyat. Salah satu janjinya adalah memberi makan anak-anak miskin melalui program yang disebut “Makan Bergizi Gratis,” tutur Buya.

Program ini, lanjut Buya, sesuai dengan perintah Allah dalam al-Quran, terutama dalam surat Al Maun.

“Maka janjinya itu harus dipenuhi. Karena janji itu adalah utang,” tambah Buya.
Dengan mengupas tuntas surat al-Maun, Buya Amirsyah Tambunan membeber kewajiban setiap Muslim yang diberi kelebihan rezeki oleh Allah SWT untuk memberi makan anak-anak yatim dan orang miskin.

“Maka saya mengapresiasi apa yang dilakukan oleh Dr. Misbah, yaitu memberi makan anak-anak yatim di rumahnya. Ini adalah contoh yang baik dalam mengamalkan ajaran Islam yang benar,” ujarnya.
Di dalam konteks bernegara, tambah Buya, kewajiban memelihara anak yatim, fakir miskin dan anak terlantar terletak pada pundak pemerintah.

“Jadi program makan bergizi gratis bukan baru tapi adalah kewajiban yang harus ditunaikan oleh pemerintah sejak dulu,” tegas Buya.
Menurut Buya, Indonesia berpotensi surplus makan. Bukan kekurangan makananan. Kalau dibandingkan dengan Negara Afrika, Nigeria, atau ke negara-negara Arab yang kering, tandus dan gersang. Indonesia wajib bersyukur. Betapa susahnya kehidupan di sana.

“Indonesia, masya Allah suburnya. Apa saja ditanam bisa hidup. Maka seharusnya rakyat Indonesia tidak boleh kekurangan makan. Di Indonesia harusnya tidak ada yang miskin. Tetapi kenapa kok banyak yang miskin? Mungkin Negara kita dulu-dulunya salah urus. Mudah-mudahan ke depan tidak salah urus lagi,” harapnya.
Sementara itu Dr. Misbah mengatakan pengajian yang disertai santunan yatim di kediamannya berlangsung sebulan sekali.
“Ini sebagai wujud syukur atas rezeki yang Allah limpahkan kepada keluarga kami,” ujarnya.*** ()