A. Jenis-Jenis Wawancara
Seperti diuraikan di paragraf sebelumnya, sebagai bagian dari metode kerja jurnalis saat melakukan reportase, wawancara dilakukan sesuai porsi untuk pemuatan berita dan bentuk beritanya. Dari kebutuhan tersebut wawancara dapat dibagi dalam beberapa jenis.
1. Wawancara Eksklusif
Wawancara eksklusif biasanya bersifat tertutup. Narasumber hanya menerima diwawancara yang sebelumnya sudah membuat kesepakatan dalam menentukan topik, waktu, dan tempat dilaksanakannya wawancara.
Wawancara biasanya bersifat tertutup mengingat hanya jurnalis dari media massa tertentu yang telah membuat kesepakatan dengan narasumber dan tidak untuk diakses oleh jurnalis dari media lain.Dengan demikian, jurnalis akan menjaga kerahasiaan informasi atau keterangan dari narasumber hingga batas waktu pemuatan atau siaran di media massa.
Termasuk apabila selama wawancara ada bagian off the record yang disampaikan oleh narasumber, maka jurnalis wajib menjaga kerahasiaannya. Sedangkan pada wawancara tertutup narasumber akan merahasiakan atau mengaburkan identitas nya dengan demikian jurnalis juga wajib menjaga kerahasiaan identitas narasumber.
2. Wawancara Konferensi
Wawancara konferensi adalah pelaksanaan wawancara yang dibuka setelah penyelenggaraan sebuah konferensi pers satu atau sejumlah narasumber akan menyampaikan keterangan selanjutnya pada sesi tanya jawab, wartawan diberi kesempatan melakukan wawancara secukupnya hingga persoalan dianggap tuntas.
3. Wawancara Door Stop
Wawancara yang dilakukan dengan cara mencegat narasumber.jurnalis lazimnya akan berdiri di satu titik dengan berdiri bergerombol mengelilingi narasumber. Semua alat perekam dan kamera diarahkan kepada narasumber hingga keterangan sudah diberikan semua dan dari jurnalis tidak ada pertanyaan lagi.
B. Metode wawancara
Jurnalis akan mendayagunakan segala kemampuan berdasarkan fasilitas atau peralatan yang dimilikinya. ketika belum tersedia ponsel yang dilengkapi aplikasi perekam, jurnalis melakukan wawancara dengan cara mencatat. dan merekam dengan kaset atau Tape Recorder. Baru kemudian, setelah tersedia Smart ponsel ataupun digital voice recorder jurnalis dapat memanfaatkannya untuk melengkapi peralatan selama wawancara.
1. Mencatat
Metode mencatat merupakan metode paling sederhana dalam melakukan wawancara. Bagi jurnalis senior dan sudah profesional bahkan tidak lagi perlu mencatat. Ia cukup mendengarkan dan memperhatikan narasumber Ketika memberikan penjelasan.Namun demikian, aktivitas mencatat sebenarnya tetap diperlukan, khususnya untuk penulisan identitas narasumber seperti nama usia pekerjaan alamat dan lainnya berikut poin jawabannya hal itu dilakukan agar tidak tumpang tindih dengan identitas narasumber yang lainnya berikut poin-poin keterangannya
2. Merekam
Selain dengan metode mencatat, penggalian informasi dan data melalui wawancara perlu dilengkapi dengan aktivitas merekam. Dengan merekam Maka hasilnya dapat diputar kembali dan didengarkan berulang kali untuk menangkap nuansa emosi dan penalaran narasumber.
Selanjutnya, jurnalis akan menulis hasil transkrip tanya jawab tersebut dan menyusunnya menjadi sebuah berita.
C. Kriteria Narasumber
Tidak setiap orang memiliki signifikansi untuk menjadi narasumber dari berita kita. pijakan untuk kelayakan orang yang dapat dijadikan narasumber selaras dengan unsur-unsur kelayakan berita. Dapat dikerucutkan mulai dari nama kompetensi atau keahlian, prestasi jika memang ada, dan keluarbiasaan. Kelayakan berita sayogyanya memang diutamakan untuk menentukan kelayakan seseorang menjadi narasumber media massa.
D. Tahap Persiapan
Sebelum menghubungi narasumber untuk menentukan waktu wawancara, jurnalis lebih dahulu mempersiapkan diri. Persiapan yang diperlukan antara lain menguasai topik yang akan dijadikan pokok atau pijakan pertanyaan.
Penguasaan topik boleh sebatas background atau pijakan pertanyaan.
Namun, yang juga penting adalah pengetahuan jurnalis terhadap narasumber. Misalnya melalui kolega dekat, Mitra kantor atau rekan bisnis. Demikian pula sedikit tentang riwayat hidup narasumber. Pengetahuan tersebut diperlukan agar pelaksanaan wawancara berjalan lancar dan jurnalis seakan – akan sudah mengenal dan akrab dengan narasumber.
Tahap berikutnya, menyiapkan poin pertanyaan agar tidak terkesan bermodal dengkul, jurnalis harus benar-benar mengetahui aktivitas dan karya serta sedikit riwayat hidup narasumber. Sehingga, narasumber merasa sudah dikenal dan jurnalis menguasai bidang yang juga dikuasai oleh narasumber.
Menentukan waktu, hari, tanggal, bulan, dan Jam pelaksanaan wawancara. Jurnalis mengusahakan diri untuk mengikuti jadwal atau keinginan narasumber. Misalnya narasumber sudah menyediakan waktu tertentu, jurnalis harus langsung mengiyakan dan menyanggupi bisa melakukan wawancara pada waktu yang sudah ditentukan narasumber.
Sebab, apabila jurnalis sekali tidak bisa memenuhi jadwal narasumber bisa jadi pelaksanaan wawancara tertunda lagi untuk waktu yang belum tentu bisa ditentukan.
E. Pelaksanaan Wawancara
Setelah bertemu narasumber, jurnalis menyapa dan berbasa-basi menggambarkan keadaannya dan berterima kasih kepada narasumber yang bersedia memberikan kontribusi untuk media massa tempat ia bekerja. Jurnalis bisa mengungkap pengetahuannya tentang narasumber berdasarkan sejumlah informasi dan referensi yang paling mutakhir hal itu akan membuat senang narasumber dan merasa tidak asing dengan jurnalis, jurnalis menajamkan telinga dan mata untuk menangkap nuansa atmosfer ruang dan lingkungan tempat wawancara berlangsung.
Perhatikan juga penampilan narasumber, Mengenakan pakaian jenis dan warna apa?
juga komentar-komentar yang terlontar, tentu saja yang ditulis yang berkaitan dengan topik wawancara.
Selama pelaksanaan wawancara lebih banyak diam dan menyimak dengan cermat tatkala narasumber memberikan keterangan dan memberikan catatan catatan seperlunya di atas kertas dengan pulpen.
Jangan menyela penjelasan dari narasumber. Karena, kalau terlalu banyak menyela akan banyak suara kita di dalam alat perekam sehingga menyusahkan dalam transkrip wawancara.
Bulan: Oktober 2023