SketsaNusantara.com
Siang itu, Rabu 24 Juli 2024, cuaca begitu cerah, namun tidak terasa terik. Para santriwan dan santriwati lalu Lalang dan berkerumun di komplek Pesantren. Mereka yang berkerumun umumnya sambil membaca dan menghafal al-Quran, ada juga yang sekedar ngobrol-ngobrol. Sementara di sudut lain, santriwan bergegas untuk berwudlu untuk menunaikan solat Zuhur. Seperti biasa, santriwan solat berjamaah di masjid utama Pesantren, sementara santriwati di masjid khusus santriwati.
Itulah suasana yang dapat disaksikan menjelang kedatangan Dr.-Ing. Ilham Akbar Habibie, Dipl.-Ing ke Pesantren Persis 67 Benda Tasikmalaya. Silaturahmi Pak Ilham dengan keluarga besar Pesantren yang terdiri dari Civitas Akademika dan IKAPPI 67 ini bermula dari komunikasi yang terjadi dengan Kang Bah Asep Lukman sekitar 10 hari sebelumnya. Kang Asluk—demikian panggilan akrabnya—adalah Koordinator Lapangan Relawan Ilham Habibie (RIL Habibie) yang dibentuk dalam rangka pencalonan Pak Ilham sebagai gubernur Jawa Barat.
Melalui saluran telepon, Kang Asluk menyampaikan rencana Pak Ilham untuk bersilaturahmi dan memberikan Kuliah Umum di Pesantren. Sebagai intelektual yang memiliki reputasi internasional, Pak Ilham bertujuan untuk berbagi pengetahuan dan gagasannya mengenai Pembangunan Jawa Barat ke depan, utamanya yang terkait langsung dengan peran Pesantren. “Pak Ilham ingin menyampaikan ceramah terkait industri dan pembangunan sumber daya manusia untuk menjadikan Jawa Barat sebagai ujung tombak Indonesia Emas 2045,” jelas Kang Asluk yang lebih suka disebut pemain politik daripada disebut politisi.
Informasi dan tujuan dari rencana kedatangan Pak Ilham itu segera saja disampaikan di Group WhatsApp IKAPPI dan juga langsung ke Mudirul ‘Am Pesantren. Pengurus IKAPPI menyambut baik rencana itu. “Sebentar, cek agenda Pesantren,” balas Mudirul ‘Am Ustadz Asep Abdul Hamid melalui WhatsApp. Namun tak lama kemudian, “Siap Kang Ian. Apa yang harus disediakan dan disiapkan?” “Kita hanya menyiapkan Audien yang meriah dalam posisi Pak Ilham sebagai kandidat gubernur Jawa Barat,” balasku.
Tak lama setelah itu, sejumlah persiapan dan koordinasi kami lakukan agar rencana kehadiran Pak Ilham dapat disambut dan difasilitasi dengan semestinya, seperti menyambut tokoh-tokoh nasional lainnya. Publikasi acara melalui flyer kami sebar melalui beberapa Group WA dan media sosial, terutama Facebook. Komunikasi dengan RIL Habibie terus terjalin untuk memastikan acara berlangsung dengan seksama.
Pak Ilham Tiba
Selepas Zuhur, sekitar pukul 12.35, Pak Ilham dan rombongan tiba di Pesantren. Rupanya Pak Ilham lebih memilih untuk solat terlebih dahulu di Masjid daripada masuk ke ruang Mudirul ‘Am yang sudah disiapkan sebagai tempat penyambutan dan pertemuan awal. Kami juga turut mengantar Pak Ilham ke Masjid sambil ngobrol selama berjalan dari pelataran pintu utama hingga teras masjid.
Pak Ilham yang sudah selesai solat, kami segera arahkan ke ruang Mudirul ‘Am. Beberapa Ustadz dan Pengurus IKAPPI turut menyertai Mudirul ‘Am mengobrol ringan dengan Pak Ilham, baik seputar jajak histori Pesantren maupun proyeksi Pak Ilham sebagai kandidat calon gubernur Jawa Barat. Setelah cukup obrolan itu dan di GSG Amienullah sudah terkondisikan, kami segera bergeser ke acara utama.
Sekitar 300 orang sudah duduk dengan tertib, termasuk unsur PD dan PC Persis Kota Tasikmalaya dan rangkaian acara inti pun dimulai. Mendapat kesempatan pertama memberikan sambutan, di hadapan Pak Ilham yang tak lain adalah Ketua Dewan Pembina The Habibie Center, saya menyampaikan dua kenangan. Pertama, kenangan sebagai tim peneliti di The Habibie Center dalam kurun 2007-2010. Kedua, cerita Ustadz Shiddiq Amien saat kuliah—sekitar 1995—mengenai rencana menghadirkan Pak BJ Habibie untuk meresmikan Masjid Pesantren. Namun, hingga beberapa bulan kemudian, rencana itu tak terealisasi. “Boleh jadi kehadiran Pak Ilham hari ini melunasi rencana Pak BJ Habibie yang tidak jadi sekitar 30 tahun lalu,” jelasku yang disambut tepuk tangan.
Sementara itu, dalam sambutan singkatnya, Mudirul ‘Am menyatakan rasa haru atas kehadiran Pak Ilham. Setelah bercerita sedikit mengenai jejak histori Pesantren, seraya mengenang kehadiran Pak Anies Baswedan, sekitar November 2023, tiga bulan menjelang Pilpres. “Setelah Pak Anies hadir di Pesantren ini, tak lama kemudian dideklarasikan menjadi Capres. Mudah-mudahan Pak Ilham juga demikian,” jelasnya disambut tepuk tangan nan gemuruh.
Situasi Global
Dengan judul “Peran Pesantren Menuju Indonesia Emas” Pak Ilham mengawali paparannya mengenai situasi global saat ini memang sedang tidak baik-baik saja. Kita hidup dalam suasana yang rapuh, cemas, non-linier, dan tidak bisa dimengerti. Banyak factor yang mempengaruhi kondisi yang tidak diharapkan ini. “Semua itu terjadi karena pandemi Covid-19, perang, resesi ekonomi, perkembangan teknologi yang sangat cepat, danperubahan iklim. Dengan dunia yang berubah sangat cepat, banyak pekerjaan yang akan hilang atau berganti,” jelasnya.
Fenomena lain yang teridentifikasi, lanjut Pak Ilham, antara lain tingkat depresi meningkat bahkan di usia remaja dan generasi muda dan kemajuan ekonomi dan teknologi tidak menjamin kebahagiaan sebuah negara. Namun demikian, “perkembangan teknologi yang terjadi juga dapat memberikan banyak dampak positif di berbagai sektor kehidupan,” tambahnya.
Pada bagian lain, Pak Ilham mengutip pernyataan Ayahanda BJ Habibie 27 September 2017 mengenai pentingnya memadukan Imtaq dan Iptek, bahwa orang yang hebat Imtaqnya tapi tidak tahu Iptek, dia tidak akan mampu menolong dirinya sendiri. Sebaliknya, orang yang ipteknya saja tetapi tanpa imtaq, bahaya, dia akan halalkan semua cara. “Perlu pengembangan sebanyak mungkin generasi muda yang memiliki keunggulan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Iman Taqwa secara seimbang,” tegasnya.
Peran Pesantren
Dalam konteks itulah, Pesantren berperan. Proses pendidikan di pesantren yang berlangsung selama 24 jam, Pak Ilham menambahkan, berperan membentuk santri dalam aspek hard-skill, soft-skill, dan karakter. “Pendidikan di pesantren dapat mengadopsi pendidikan untuk membentuk generasi yang menguasai keterampilan abad 21 dengan tetap berlandaskan nilai-nilai keislaman,” ujarnya.
Mengambil contoh di Madrasah Technonatura dalam Project Based Learning: Pembuktian Kuman pada Tangan yang Tidak Dicuci, Pak Ilham memberikan contoh nyata kaitannya antara hadits tentang kebersihan lalu dilakukan projek riset sains sesuai tema. Hal ini tampak pada sepotong roti yang dipegang tangan yang kotor dan tangan yang dicuci menggunakan hand sanitizer yang dipaparkan dalam slidenya.
Pak Ilham menekan agar Pesantren dikembangkan menjadi salah satu pusat kemandirian, yang tetap menjaga keseimbangan Iptek dan Imptaq. Secara alami, pesantren telah membentuk sebuah ekosistem serupa ekosistem kehidupan dalam skala lebih kecil. “Penguatan ekosistem ini penting agar Pesantren dapat berperan lebih besar lagi, ekosistem pesantren perlu diperbesar dengan membangun jejaring dengan dunia industri dan dunia riset inovasi,” jelasnya.
Lebih dari itu, menurut Pak Ilham, pesantren perlu didorong melakukan kolaborasi dengan dunia industri dan dunia riset inovasi di sekitar yang memiliki kesesuaian dengan lingkungan daerah masing-masing. “Pada akhirnya, pesantren dapat menghasilkan santri dengan profil paripurna: memiliki keunggulan Iptek dan Imtaq, menjadi generasi mandiri, memiliki kemampuan memberi zakat, infaq, shodaqoh, dan menjadi teladan bagi sekitar,” pungkasnya.
Setelah sesi ceramah selesai, Pak Ilham kami ajak blusukan ke beberapa sudut Pesantren, termasuk lahan kosong yang direncanakan untuk dibangun dan lahan kolam renang yang masih batu pertama. “Batu pertama itulah yang perlu dilanjutkan oleh Pak Ilham menjadi batu kedua dan ketiga….,” selaku di tengah obrolan ringan sore hari yang disambut gelak tawa.
*Ian Suherlan: Ketua IKAPPI